Hello!
How are you?
Kali ini saya akan menceritakan mengenai salah satu test yang bisa jadi dilakukan oleh para mom-to-be. Test itu bernama HSG (Hysterosalpingography).
Sebelumnya, mau curcol sedikit. Pernikahan kami sekarang berusia hampir 2 tahun. Awalnya saya merasa santai dengan kehamilan. Pikir saya ntar juga tiba waktunya. Kami pun mengkonsumsi asam folat seperti yang disarankan. Tapi setiap bertemu kerabat hampir selalu ditanya “udah isi?” atau “ngidam niii.. udah isi yaa” atau “si itu tuh hebat, top cer” atau “jangan ditunda, ntar bla bla bla” (ini paling ngeselin, ini ga nunda keles). Saya sempat bete dan stress. Kenapa pemikiran orang-orang abis nikah harus langsung punya anak dan kalau langsung punya anak itu hebat atau superior? Please stop making that paradigm.
Tapi setelah dipikir-pikir, kenapa harus stress sendiri ama perkataan orang lain? Suami dan mertua saja tidak pernah menuntut. Mereka woles-woles saja. Akhirnya saya berusaha mengubah pola pikir dan menganggap “masih dikasi pergi jalan-jalan” dan mungkin emang benar. We’ll travel to an amazing place on April 2018! *exciting* So, buat mom-to-be jangan terlalu diambil pusing ya perkataan orang! Dan buat yang suka kepo sudah hamil atau belum, stop it. Mind your own business please!
Nah sewaktu bete itu, saya jadi penasaran apakah ada yang salah dengan kita berdua dari segi jasmani. Setelah bertanya dengan teman kantor, kami memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan Dr. Djoko Kirana, SpOG di gading serpong Tangerang. Kami pergi ke tempat praktek dr. Djoko di ruko dekat Ace Hardware (bulan Juli 2017). Hasilnya, siklus menstruasi normal. kondisi rahim dan ovarium normal. Dokter mengatakan harusnya sudah bisa hamil dengan kondisi ini. Dokter memberikan resep obat bernama Spironolactone 50 mg, Glucophage 850 mg dan Pioglitazone 30 mg (1/4 tab). Obat-obat itu dikonsumsi setiap hari sekali selama 3 bulan. Satu kata selama mengkonsumi obat ini: MUAL -.- Tapi yah saya tahan-tahanin aja demi memperoleh momongan. Dokter pun memberikan surat pengantar tes HSG (Hysterosalpingography) dan tes sperma. Jika setelah 3 bulan belum hamil, tes HSG dan sperma baru dilakukan. Dan bisa ditebak dari judul di atas, saya belum hamil.. muehhehe
Buat yang belum tahu, HSG (Hysterosalpingography) adalah tes yang menggunakan x-ray/rontgen untuk melihat apakah ada sumbatan dan letak saluran telur atau tuba fallopi/fallopian tubes. Melalui tes ini juga dapat dideteksi kelainan ukuran atau bentuk rahim. Tes ini dilakukan oleh dokter radiologi (bukan dokter SpOG). Prinsipnya cairan kontras yang mengandung iodin dimasukkan memakai kateter ke dalam rahim melalui vagina. Cairan kontras ini akan memenuhi rahim dan saluran telur, kemudian dokter akan mengambil beberapa foto rontgen. Hasil tes HSG berupa saluran telur tidak tersumbat (Tuba Paten) dan saluran telur tersumbat (Tuba Non Paten).
sumber |
Tes HSG dan sperma bisa dilakukan di rumah sakit atau laboratorium dengan harga yang bervariasi. Karena paling dekat dengan rumah, kami pergi ke Biomedika cabang Taman Semanan (021 29030620) untuk tes sperma. Di Biomedika Taman Semanan belum tersedia alat untuk tes HSG. Test sperma harus dilakukan sebelum jam 10.00 pagi dengan biaya Rp 300.000 (September 2017). Hasilnya bisa diambil dua hari kemudian. Sperma harus dikeluarkan atau berhubungan suami istri 2 – 7 hari sebelumnya. Biomedika menyiapkan ruangan khusus (sebenarnya ruangan pap smear) dan wadah kaca yang ditutup dengan aluminium foil untuk menampung sperma. Sperma yang dikeluarkan harus dari awal sampai akhir tertampung di wadah tersebut. Istri boleh masuk ke ruangan untuk membantu ‘proses’ tapi tidak boleh berhubungan suami istri. Waktu itu suami tidak mau dibantu, katanya malu.. hihi xD Dua hari cukup deg-degan nunggu hasilnya. Untungnya hasil tes sperma suami normal, normozoospermia ^^
Setelah tes sperma kelar, weekend-nya kami tes HSG. Tes HSG dilakukan H+9 sampai 12 hari dari hari pertama mens. Selama jangka waktu tersebut, tidak boleh melakukan hubungan suami istri karena ditakutkan hamil saat melakukan tes. Kebetulan weekend itu pas hari ke-10 saya sejak mens. Jadi cus aja daripada nunggu bulan depan ga pas weekend. Rumah sakit mewajibkan kita memberikan surat pengantar dari dokter SpOG. Jangan lupa bawa celana dalam dan pembalut karena setelahnya masih ada cairan yang keluar dari vagina. Ini adalah info harga yang saya dapatkan dari menelpon beberapa rumah sakit di daerah Jakarta Barat (September 2017):
RS Puri Indah
Jam 09.00 – 19.00
(021) 25695200 ext 1152
Harga: Rp 1.500.000
Hasil dapat diambil 1-3 jam setelahnya
Grand Family
(021) 29673737 ext 699
Harga: Rp 940.000 (belum termasuk jika dokter merasa kurang cukup dan cairan kedua ditembakkan lagi)
Hasil dapat diambil 15 menit setelahnya
Grha Kedoya
(021) 29910999 ext 1200
Harga: Rp 1.202.000
Hasil dapat diambil 1-2 jam setelahnya
Pilihan kami jatuh pada Grha Kedoya dengan Dr. Sikma Armanata Susilo, Sp.Rad. Sebelum melakukan tes HSG, kami menebus obat penghilang sakit di apotik Grha Kedoya terlebih dahulu. Nama obat tersebut adalah Profenid dan seharga Rp 18.421. Obat ini dimasukkan ke anus sekitar 10 menit sebelum tes HSG. Tenang saja, dibantu oleh susternya kok. Kalau ga dibantu, jujur bingung gimana masukinnya.. hahaha. Sebelumnya juga saya diminta untuk melepaskan celana panjang dan celana dalam di toilet dalam ruangan radiologi dan memakai baju seperti kimono tapi berbahan katun dan berwarna biru polos.
Sementara menunggu obat penghilang sakit, saya tiduran dan diperbolehkan main HP supaya rileks. Tak lama dokter pun datang dan dua suster/asisten mulai bekerja. Kaki saya diminta dinaikkan ke penyangga kaki seperti saat pap smear. Selama di bawah sana ‘dikerjakan’ saya tidak mau lihat karena takut. Cuma melihat ke tembok samping dan berusaha memikirkan hal lain. Walaupun begitu, tetap berasa saat di bawah sana dibuka dan kateter dimasukkan. Saat cairan kontras dimasukkan, ampun luar biasa keramnya.. keraaaammm banget.. Berasa di perut bawah sampai ke pinggul. Kalau di manga jepang, sudah ada tulisan %!*&’+@?{&!.. hahaha. Rasanya pengen cepet-cepet cairan itu keluar dan kelar. Ada yang bilang berasa mules kek mau pup tapi saya ga berasa itu. Mungkin ada tapi tertutup oleh keramnya yang dahsyat. Setelah selesai di bawah sana, dokter ke layar di samping ranjang dan memberikan aba-aba ke suster/asisten untuk foto.
Setelah tes HSG kelar, saya memakai kembali celana dalam plus pembalut. Dokter memberikan resep obat antibiotik anti infeksi, Amoxicillin yang diminum 3x sehari. Harganya adalah Rp 15.400. Setelah menunggu sekitar 1 – 1.5 jam, hasil HSG jadi juga. Tertulis pada kertas:
Uterus : ukuran normal
Kesan :
– Tuba kanan Patent
– Tuba kiri non Patent
Tuba kiri saya tersumbat. Cukup kecewa
tapi juga bersyukur bukan dua-duanya yang tersumbat. Berapa hari sebelum
tes udah parno. Jangan-jangan selama ini tidak hamil karena
masalahnya di aku? Jangan-jangan kedua saluran telurku tersumbat? Ternyata cuma satu dan masih ada harapan walaupun setengah. Positifnya juga, beberapa artikel bilang
setelah tes HSG peluang hamil menjadi lebih besar karena saluran yang
tersumbat ringan bisa jadi plong. Yah semoga saja. Amin.
Hasil HSG |
Hasil HSG |
Mrs. Zysm
Halo, aku juga sudah test HSG setelah baca posting ini.
Lalu apakah tindakan selanjutnya yg sarankan obygn?
Hasilnya sama sepertiku, tp aku kanan yg non patent.
Ines Tamdani
Halo Mrs Zysm. Kebetulan saya sudah ke obygn di Penang, Malaysia. Dokter bilang hasil HSG ku unfortunately not good dan saya juga PCOS. Saya disarankan untuk inseminasi. Jadi mending sis bawa hasil HSG nya ke dokter karena dokter yang bisa baca hasilnya dan tindakan selanjutnya 🙂
Nia
Hai mbak ,aku juga dah hsg 2 tahun hasilnya kanan tersumbat. Sampai sekarang belum hamil . Mbak gimana kabarnya, sekarang sudah punya anak?
Ines Tamdani
Hi Nia. Belum, kebetulan juga keadaan tidak memungkinkan.
ls
bun mau tanya ,kl dapet surat rekomendasi buat cek hsg sm cek sperma ,namun belum ada bujed ,,nnti aja kalo sudah ada , apa surat rekomendasi dr doktrrnya mash bsa dipakai atau sudah gabsa dipakai, mohon penjelasannya terimakasihbanyak
Ines Tamdani
Hi Is. Saya kurang tau yang ini. Lebih baik tanya langsung ke RS/Klinik/Laboratorium.